Text
Hujan Pertama Untuk Aysila
Suara kecil dari balik jendela kafe yang terkuak di sebelah kursi Aysila itu terdengar begitu lamat. Nyaris punah ditelan bising hujan. Suara yang amat dikenal Asyila dengan baik, yang begitu karib dengan hari-harinya.
Setelah diam beberapa jenak untuk berpikir, Aysila menjulurkan kedua lengannya ke luar jendela, memenuhi pinta suara yang lirih itu. Ia biarkan tubuhnya ditarik dari luar dan hinggap sempurna dalam pelukan tubuh yang hangat itu.
Hujan kian mengendur. Hujan kian menyusut. Tapi tidak dengan sepasang kelopak mata Aysila yang katup. Air hangat yang tak lagi sanggup dibendung tanggul hatinya yang kian nganga dibabat luka begitu deras menetas di pematang matanya. Berjatuhan ke pipinya, lalu sebagiannya hinggap ke dagu dan lehernya, dan sebagian lainnya jatuh ke tanah, larut bersama air hujan, kemudian lesat entah ke mana….
****
Inilah kumpulan cerpen terbaru Edi AH Iyubenu (Edi Akhiles), yang sebagiannya telah dipublikasikan di media massa seperti Horison dan Suara Merdeka. Membaca buku ini laksana menatap dalam-dalam sebuah lukisan orang hidup yang penuh misteri; sedih yang begitu pilu, sepi yang sangat senyap, hingga hidup yang terasa telah mati.
Tidak tersedia versi lain